Indonesia-Australia Peringati 10 Tahun Kemitraan Pendidikan
Kemitraan Indonesia dan Australia Bangun 2.725 SMP
Pada kesempatan itu pula, Mendikbud Muhadjir Effendy sekalian meresmikan pembukaan aktivitas ekspo foto yang mempertontonkan capaian aktivitas yang berlangsung selama lima hari, semenjak tanggal 29 November 2016, dan terbuka bagi publik.
“Kita ucapkan terima kasih atas dukungan dan korelasi bertetangga yang baik dan saling menguntungkan. Kalau tunjangan fisik sudah selesai, kita bisa lanjutkan dengan yang sifatnya konsultatif dalam meningkatkan mutu pendidikan,” papar Muhadjir Effendy di kantor Kemendikbud usai aktivitas pembukaan ekspo foto di Jakarta.Terhitung sudah semenjak tahun 2006, Australia telah bekerja sama dengan Indonesia dalam penuntasan aktivitas Wajib Belajar [Wajar] 9 tahun Pendidikan untuk Semua (PUS), sebagaimana dicanangkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2006-2010 dan 2010-2014). Dalam upaya memperbaiki angka partisipasi sekolah, Kemitraan Pendidikan menyediakan kanal pendidikan melalui pembangunan sekolah menengah pertama (SMP) di lokasi terpencil dan tertinggal di seluruh Indonesia. Nilai kerjasama antara kedua negara mencakup pinjaman sebesar AUD$ 197 juta dan tunjangan hibah senilai AUD$156 juta yang bertujuan untuk merampungkan sasaran pendidikan.
Selama 10 tahun, aktivitas pembangunan sekolah telah berhasil membangun 2,725 sekolah di seluruh Indonesia, menghasilkan 10,175 ruang kelas yang bisa menampung 366,300 murid baru. Berdasarkan data kementerian PDSP 2016, angka anak yang belum bersekolah turun dari 1.400.000 di tahun 2006 menjadi tinggal 240,000 di selesai tahun aktivitas 2016. Angka Partisipasi Kasar registrasi murid sekolah menengah pertama, yang semula 88.68 % di tahun 2006 meningkat menjadi 100.72 % di tahun 2015. Kenaikan angka registrasi ini menandakan perbaikan kanal pendidikan di Indonesia yang kontinyu.
Program pembangunan sekolah dilakukan melalui pendekatan berbasis masyarakat guna mendorong partisipasi masyarakat mulai dari proses penentuan lokasi dan proses pembangunan sekolah secara keseluruhan. Melalui pendekatan ini, Kemitraan Pendidikan ingin memberdayakan kemampuan sekaligus menumbuhkan rasa kepemilikan yang berpengaruh dari masyarakat terhadap sekolah yang dibangun. Di samping itu, kemitraan juga berbagi sistem penanganan keluhan (Complaint Handling System) yang eksklusif menangani laporan masyarakat selama pembangunan sekolah. Sebagai sekolah yang inklusif, sekolah wajib dilengkapi dengan rampa dan toilet khusus bagi kanal anak penyandang disabilitas.
“Hari ini, kami sangat bergembira sanggup merayakan 10 tahun kemitraan dalam program pembangunan sekolah. Sebagai negara tetangga serta kawan pembangunan ekonomi, kami ingin melanjutkan kerjasama di antara kedua negara dalam rangka mencapai kesejahteraan bersama”, kata Paul Grigson, selaku Duta Besar Australia untuk Indonesia.
Pemerintah Australia menyalurkan tunjangan yang berasal dari anggaran Bantuan Pembangunan Luar Negeri untuk Pemerintah Indonesia senilai $365.7 juta untuk tahun 2016-2017, dimana senilai $296 juta merupakan dana bilateral yang dikelola oleh Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT). Dengan berhasilnya program pembangunan sekolah, Australia terus mendukung Indonesia dalam memperbaiki kualitas pendidikan, memperlihatkan masukan bagi penyusunan kebijakan dan mengujicobakan penemuan pada sekolah-sekolah di tempat sasaran.
Dirjen Dikdasmen Hamid Muhammad menjelaskan bahwa kolaborasi dengan pemerintah Australia memang sangat membantu dan akhirnya manis alasannya ialah konsisten memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah. Kemudian, Hamid menjelaskan bahwa fokus ke depan ialah upaya meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar pada SD dan SMP.
0 Response to "Indonesia-Australia Peringati 10 Tahun Kemitraan Pendidikan"
Posting Komentar