45 Referensi Model Pembelajaran Beserta Klarifikasi Lengkapnya

merupakan salah satu faktor penentu efektivitas pembelajaran 45 Contoh Model Pembelajaran Beserta Penjelasan Lengkapnya



45 Contoh Model Pembelajaran Terlengkap


Model Pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu efektivitas pembelajaran. Guru yang bijaksana seyogyanya menentukan model pembelajaran yang sekiranya efektif untuk diterapkan di kelas.


Tulisan kali ini menguraikan 45 contoh model pembelajaran yang sanggup Anda jadikan rujukan. Mengingat banyak sekali pola yang diuraikan, mungkin saja pada ketika membaca goresan pena ini, semua pola belum terselesaikan.

Halaman ini lebih layak disebut sebagai halaman daftar isi alasannya yakni goresan pena selengkapnya sanggup Anda baca melalui link atau tautan. Dengan demikian, untuk melihat goresan pena lengkap dari masing-masing model pembelajaran, maka disarankan untuk melaksanakan klik pada tautannya.

Berikut yakni 45 macam dan jenis model pembelajaran beserta klarifikasi lengkapnya:

1. Art Spiral

Model ini mendorong siswa untuk melaksanakan refleksi dan komunikasi atas pikiran, gagasan, dan perasaan mereka pada permasalahan tertentu dengan cara yang kreatif.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

2. Back to Back

Mendorong siswa untuk bekerjasama dan mengembangkan kejelasan dalam komunikasi dan observasi atau pengamatan. Model pembelajaran ini juga mendorong keterampilan bunyi aktif. Ia sanggup dengan gampang ditransfer ke banyak sekali jenis area pembelajaran.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

3. CAF atau Consider All Factors

Model ini mendorong siswa untuk berfikir mengenai semua faktor terkait pada ketika menciptakan sebuah keputusan atau dalam mempertimbangkan sebuah gagasan. Ini yakni alat yang mempunyai kegunaan sebelum memutuskan atau merencanakan sebuah tindakan tertentu.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

4. Card Ranking

Ini mendorong siswa untuk memprioritaskan gagasan atau wangsit dan informasi untuk kemudian menciptakan sebuah diskusi untuk menentukan bermacam-macam pilihan. 


5. Carousel

Secara literal atau definisi per kamus, carousel bermakna komidi putar. Model ini memacu kegiatan pengumpulan pemikiran yang menghasilkan sebuah daftar ringkas yang memuat pemikiran dan tanggapan siswa mengenai topik tertentu. Siswa dikondisikan untuk menciptakan kelompok kecil dimana mereka sanggup memberikan wangsit atau gagasan atau menciptakan saran terkait dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Masing-masing kelompok mempunyai kesempatan untuk menilai gagasan dari kelompok lain dan menggunakannya sebagai dasar dalam membentuk tanggapannya sendiri terhadap pertanyaan tertentu. 



6. Clustering

Model pembelajaran ini sanggup menjadi alat yang mempunyai kegunaan untuk mentransfer informasi faktual di antara para siswa dan mendorong mereka untk mencari korelasi dan kaitan antarpernyataan, antarfakta, dan atau pernyataan dengan fakta.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

7. Collage

Melibatkan kegiatan kinestetis dimana para siswa diminta untuk memperlihatkan pandangannya terhadap sebuah permasalahan atau konsep dalam bentuk visual yang kreatif. Ini mendorong mereka para siswa tidak hanya dalam hal berkomunikasi secara efektif, namun juga untuk mengembangkan keterampilan dalam menafsirkan hasil kerja atau karya siswa yang lain.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

8. Conscience Alley

Merupakan taktik bermain tugas yang mendorong para siswa untuk memperoleh sinopsis atau citra singkat terhadap semua permasalahan yang berkaitan dengan topik tertentu. Model pembelajaran ini lebih unggul daripada permainan tugas standar alasannya yakni ia sanggup dijalankan secara lebih cepat. Siswa yang mengalami kendala usia dan kemampuan fisik serta psikis dalam model ini akan lebih terbantu alasannya yakni mereka tidak harus terlibat dalam menjalankan tugas lebih lama. Mereka juga tidak harus mengetahui banyak informasi mengenai permasalahan alasannya yakni kartu tugas mereka akan dengan mudahnya menyatakan siapa mereka dan apa yang mereka rasakan perihal skenario tugas yang sedang didiskusikan.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

9. Consequence Wheel

Model ini mendorong para siswa untuk berpikir mengenai konsekuensi atau akhir pribadi dan tidak pribadi dari sebuah kejadian atau kegiatan. Para siswa memetakan akhir dengan cara visual. 

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

10. Constructing Walls

Mendorong siswa untuk mempertimbangkan perihal apa saja yang relevan ketika mempertimbangkan pertanyaan kunci. Model ini secara berurutan meminta para siswa untuk memprioritaskan gagasan dan informasi terhadap pertanyaan dan mendiskusikan pertimbangan-pertimbangan terhadap pilihan mereka. 

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

11. Creative Matrix

Mendorong para siswa untuk berpikir secara kreatif mengenai urutan skenario, pilihan, wangsit atau gagasan, dan kejadian. Model pembelajaran ini merangsang keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan kasus serta memeri ruang bagi siswa untuk melihat permasalahan dari sudut pandang yang baru. Para siswa tergabung dalam kelompok untuk menggali alternatif-alternatif dan menyusun serta membangun wangsit atau gagasan secara kreatif menurut wangsit siswa atau kelompok lain. 

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

12. Dartboard Evaluation

Dartboard secara literal atau makna per kamus berarti papan berbentuk bulat yang berisi sekumpulan sasaran atau target. Model ini lebih berorientasi pada teknik evaluasi. Ini merupakan cara yang cepat dalam rangka memperoleh umpan balik terhadap kegiatan atau kejadian. Model ini merupakan model nonverbal dan tidak melibatkan tulis-menulis. 


Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

13. Diamond Ranking

Merupakan kegiatan dalam kelompok kecil dengan tujuan untuk memprioritaskan gagasan dan informasi. Model ini mendorong para siswa untuk mempertimbangkan dan mengekspresikan penilaian mereka dalam hal menempatkan satu permasalahan menjadi lebih penting daripada permasalahan yang lain. 

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

14. Dot Voting

Merupakan teknik penilaian yang mempunyai kegunaan untuk memperoleh pemrioritasan gagasan atau pilihan secara cepat.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

15. Teknik Drama

Menggunakan teknik drama sebagai alat pembelajaran. Model ini lazim dipakai untuk memulai penggalian eksplisit terhadap topik atau kasus secara lebih mendalam. 

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

16. Each One Teach One

Model ini merupakan cara alternatif untuk mentransfer sejumlah besar informasi di antara para siswa. Alih-alih guru menerangkan, para siswa membagi informasi yang terpilih yang relevan terhadap topik terhadap siswa-siswa yang lain. 

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

17. Fact or Opinion

Model ini bertumpu pada kegiatan berupa pinjaman pertanyaan kepada siswa mengenai apakah sesuatu itu merupakan fakta atau pendapat. Dasar pemikiran dari model pembelajaran ini yakni bahwa pembedaan antara fakta dan opini merupakan hal yang sangat penting mengingat perkembangan masyarakat menjadi masyarakat yang lebih rumit dan majemuk. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah keterampilan untuk membedakan antara fakta dengan opini. Model ini mendorong para siswa untuk mempertimbangkan dan menggali pengetahuan secara lebih mendalam. Para siswa membentuk kelompok untuk mendiskusikan sudut pandang atau pendirian mereka. Model ini akan lebih efektif ketika guru mengadakan sesi tanya jawab sesudah para siswa memberikan sudut pandang mereka.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!


18. Fishbone Strategy

Model ini memakai imbas tertentu untuk memulai persoalan. Model ini mendorong siswa untuk mempertimbangkan apa saja yang menjadi penyebab dari imbas tertentu yang dimaksud. Mereka juga kemudian menciptakan daftar mengenai apa saja penyebab dari imbas tertentu yang dimaksud. Secara lebih ringkas, guru memperlihatkan citra mengenai duduk kasus atau permasalahan tertentu dan para siswa diminta untuk memperlihatkan alternatif dari penyebab-penyebab terjadinya permasalahan tersebut.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

19. Fist-to-Five

Model pembelajaran ini merupakan kegiatan sederhana yang mendorong para siswa untuk menentukan hingga seberapa yakin mereka merasa yakin terhadap apa yang mereka rasakan mengenai apa yang telah mereka capai dari selesai pelajaran atau sesi. Model ini juga dipakai oleh para siswa sebagai sarana untuk mengekspresikan hingga seberapa yakin mereka mengenai apa yang mereka ketahui terhadap tanggapan atau respons atas suatu pertanyaan yang gres dilontarkan kepada mereka oleh guru. Model ini kemudian juga mempunyai kegunaan sebagai penilaian cepat terhadap seberapa baik sebuah kelas atau kelompok memahami sebuah duduk kasus atau topik.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

20. Five Questions

Merupakan kegiatan yang berorientasi pada pemgumpulan informasi yang sanggup mendorong siswa untuk menggali permasalahan secara lebih mendalam atau merinci permasalahan ke dalam subtema permasalhan yang lebih rinci. Model ini juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk membongkar atau merinci permasalahan yang rumit. Dengan demikian, ini menuntun pada penggalian kemungkinan yang mendorong para siswa untuk menciptakan perencanaan tindakan dan penetapan sasaran atau sasaran.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

21. Freeze Frame

Merupakan kegiatan fisik yang sanggup menjadi sarana untuk mendorong para siswa untuk terlibat dalam diskusi mengenai topik atau permasalahan tertentu. Para siswa diminta untuk mengambil posisi seperti mereka sedang memperagakan sesuatu hal yang penting namun pemeragaan tersebut yakni dalam posisi statis atau diam. Dengan demikian, ini cocok dengan namanya yaitu 'freeze frame' atau bingkai beku.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

22. Giant Steps

Merupakan kegiatan yang mempunyai kegunaan untuk menggali pendapat dan emosi yang bermacam-macam sebagai tanggapan atau terkait dengan sebuah permasalahan. Model ini juga mempunyai kegunaan sebagai sarana untuk memulai topik tertentu dan mengukur minat siswa dan pemahaman dasar dari sebuah permasalahan yang diajukan dalam pertanyaan.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

23. Graffiti Board

Secara literal atau definisi per kamus, graffiti bermakna goresan pena atau gambar yang berada di daerah publik yang tidak diperkenankan. Board berarti papan. Jika diterjemahkan secara bebas, graffiti board bermakna papan atau daerah untuk menuangkan gambar atau tulisan. Dalam konteks model pembelajaran, ia yakni model yang mendorong para siswa untuk mencatat atau menuangkan gagasan, perasaan, atau saran pada topik tertentu.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

24. Hassle Lines

Hassle bermakna perkelahian atau percekcokan. Guru membagi para siswa ke dalam kelompok. Masing-masing kelompok diberikan tugas tertentu yang berseberangan dengan kelompok lain. Guru kemudian 'mengadu' kelompok yang bertentangan tersebut sesuai dengan skenario yang dirancang. Dengan 'mengadu' para siswa dengan tugas yang berseberangan, maka guru sanggup melaksanakan penilaian secara mendalam terhadap sudut pandang para siswa pada topik atau tema tertentu sesuai dengan tugas mereka. 

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

25. Hot Air Balloon

Hot air balloon kita kenal sebagai balon terbang berisi orang yang sering kita lihat di televisi. Analogi balon terbang ini kemudian diaplikasikan pada model pembelajaran dengan cara menciptakan pertanyaan mengenai siapa yang akan diangkut, apa yang dibutuhkan semoga misi terbang sukses, apa saja kendala ketika melaksanakan misi terbang dengan balon, bagaimana balon sanggup terbang secara lebih cepat, dan apa saja faktor yang mengakibatkan balon meletus. Dengan melaksanakan analogi balon terbang tersebut, para siswa didorong untuk melaksanakan perencanaan. Perencanaan tersebut kemudian dikonfrontasikan dengan perencanaan siswa lain dan mereka bahu-membahu menggali konsekuensi dari perencanaan mereka secara menyeluruh. Harapannya yakni bahwa para siswa bisa mempunyai pendekatan terstruktur terhadap persiapan dan perencanaan atas suatu acara atau tindakan. 

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

26. Hot Seating

Sesuai dengan namanya yang berarti dingklik panas, model pembelajaran ini mendorong keberanian siswa untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, atau saran pada ketika ia memerankan tokoh tertentu sesuai yang diskenariokan. Aktivitas  hot seating diatur sedemikian rupa sehingga ada seorang siswa yang duduk di 'kursi panas' dan dikelilingi oleh siswa lain di kelas. Siswa yang duduk di dingklik panas tersebut memerankan tugas tertentu dan siswa yang lain bertanya mengenai hal-hal tertentu terkait tugas siswa yang duduk di 'kursi panas' tersebut. 

Sebagai contoh, siswa yang duduk di dingklik panas diberi tugas sebagai Pangeran Diponegoro. Siswa lain yang berkerumun membentuk lingkaran di sekitar siswa tersebut kemudian bertanya, misalnya, mengenai apa yang dipikirkan 'Pangeran Diponegoro' terhadap kekuasaan penjajah Belanda. Pertanyaan tersebut kemudian memunculkan gagasan bagi siswa yang duduk di dingklik panas tersebut.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

27. Ideas Funnel

Ideas Funnel diartikan secara literal sebagai corong gagasan. Model ini melibatkan proses menghasilkan kemungkinan gagasan dan pilihan secara lebih menyeluruh. Ia mendorong para siswa untuk memperlihatkan argumentasi pembelaan terhadap pilihan mereka dan melaksanakan perundingan dengan rekan siswa dalam kelompok maupun di luar kelompok. Dengan melaksanakan negosiasi, para siswa diharapkan memperoleh deal atau akad terhadap pemrioritasan dalam jangka waktu yang ditentukan.

Dalam model pembelajaran ini, para siswa diminta untuk membentuk kelompok yang terdiri atas lima atau anggota kelompok. Setelah kelompok terbentuk, para siswa diminta untuk menyebarkan peran. Peran yang mungkin bisa dibagi yakni juru tulis, pencatat waktu, fasilitator, dan penyaji. Masing-masing anggota kelompok kemudian melaksanakan diskusi dan menghasilkan gagasan terkait dengan topik yang telah ditentukan oleh guru atau fasilitator. Gagasan kemudian dicatat dalam selembar kertas. Kelompok tersebut kemudian memprioritaskan gagasan-gagasan mereka dengan cara menentukan lima gagasan yang dipikir paling relevan. Penyaji dari kelompok tersebut kemudian mempresentasikan hasil diskusi dengan rekan kelompok mereka di muka kelas.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

28. Jeopardy

Model ini sanggup memacu kreativitas para siswa dalam memperlihatkan pertanyaan terhadap balasan yang telah ditentukan sebelumnya terhadap topik tertentu. Dengan model ibarat ini, siswa yang lebih kreatif sanggup memperlihatkan pertanyaan yang lebih berbobot.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

29. Jigsaw

Jigsaw secara literal diartikan sebagai gergaji ukir. Dalam perkembangannya, jigsaw kemudian dikenal sebagai salah satu bentuk puzzle atau teka-teki. Teka-teki jigsaw yang paling sering kita temui yakni pada alat permainan anak yang meminta pemainnya untuk menggabungkan kepingan-kepingan sehingga membentuk sebuah figur atau gambar sesuai dengan rancangan pembuatnya.

Model pembelajaran ini memakai analogi teka-teki jigsaw untuk mencapai tujuan pembelajaran. Inti dari model jigsaw sendiri yakni menggabungkan beberapa kepingan wangsit untuk digabungkan menjadi satu sesuai dengan topik atau permasalahan tertentu.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

30. Just A Minute

Just A minute  berarti sebentar. Pemilihan istilah ini didasarkan pada kesempatan yang diberikan kepada para siswa untuk mengekspresikan pemahamannya di muka kelas mengenai topik tertentu yang telah ditentukan. Model ini mendorong siswa dalam hal mempertajam keterampilan mendengar.

Model ini bergotong-royong ibarat dengan Hot Seating. Perbedaan pentingnya terletak pada durasi waktu yang diberikan kepada siswa yang ditunjuk untuk duduk di dingklik panas.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

31. KWL (Know-Want to Know-Learned) 

Secara sederhana, model ini berusaha untuk menggali pengetahuan siswa pada topik tertentu. Yang menjadi menarik, model pembelajaran ini meminta siswa untuk menuliskan apa yang belum diketahuinya terhadap topik tertentu. Sebagai contoh, jikalau topiknya membahas Pulau Jawa, para siswa diminta untuk menuliskan apa saja yang mereka ketahui mengenai Pulau Jawa. Setelah menuliskan apa yang mereka ketahui perihal Pulau Jawa tersebut, siswa juga diminta untuk menuliskan hal-hal yang belum mereka ketahui tentangnya. Guru atau fasilitator kemudian memperlihatkan klarifikasi perihal Pulau Jawa secara semenyeluruh mungkin. Setelah mendapat klarifikasi dari guru atau fasilitator, siswa kemudian menuliskan balasan perihal apa yang tidak mereka ketahui. Makara arah dari model ini adalah, pemahaman awal siswa -> apa yang belum dipahami atau diketahui siswa -> siswa menuliskan kembali pemahamannya perihal apa yang belum mereka pahami atau kuasai sesudah mendapat klarifikasi dari guru atau fasilitator.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

32. Lifelines

Model ini memakai kertas yang nantinya diisi oleh para siswa dengan pengalaman hidup mereka semenjak mereka dilahirkan yang sesuai dengan topik yang dibahas. Aktivitas ini membantu siswa untuk merefleksikan pengalaman hidup mereka sendiri serta membandingkannya dengan pengalaman hidup siswa yang lain.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

33. Memory Games

Model pembelajaran jenis ini membutuhkan dan mengembangkan keterampilan berpikir, kerjasama, dan mengelola informasi. Kegiatan yang dilakukan di kelas yakni dengan meminta para siswa untuk membentuk kelompok. Setiap kelompok idealnya terdiri atas tiga hingga dengan empat anggota. Guru atau fasilitator memperlihatkan tiga atau empat kertas yang sama yang berisi informasi mengenai topik tertentu. Setiap anggota kelompok kemudian maju untuk menghafalkan atau merekam informasi yang ada dalam kertas untuk kemudian disajikan di dalam kelompoknya dan kemudian dibandingkan dengan informasi orisinil yang disediakan oleh fasilitator. Durasi menghafal diubahsuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama mengenai tingkat kesulitan dari informasi yang hendak dihafalkan.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!


34. Mind Maps

Sesuai dengan namanya, Mind Maps atau peta pikiran mendorong siswa untuk menciptakan semacam pemetaan terhadap konsep pada topik tertentu. Siswa diminta untuk menuliskan perihal topik utama yang tengah dibahas di cuilan tengah kertas. Siswa kemudian diminta untuk menciptakan semacam percabangan dari subtopik. Percabangan tersebut haruslah buah pemikiran yang relevan dengan topik utama. Cara ibarat ini kemudian membentuk analogi semacam pohon-cabang-ranting. Pohon yakni topik utama. Cabang yakni subtopik atau subkonsep yang berkaitan dengan topik utama. Ranting yakni cuilan dari subtopik atau subkonsep yang berafiliasi dengan subtopik atau subkonsep tersebut.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!


35. Simulation

Merupakan model yang mendorong para siswa untuk terlibat dalam diskusi mengenai permasalahan tertentu dan menyebarkan informasi berdasarkannya. Para siswa diajak secara pribadi untuk menyaksikan kejadian yang dirancang sesuai dengan topik atau permasalahan tertentu. Peristiwa atau kejadian tersebut harus terstruktur dan sistematis, ibarat rapat parlemen, sidang di pengadilan, dan kejadian atau kejadian lain yang relevan sesuai dengan topik tertentu yang dibahas. Dengan melihat kejadian secara langsung, para siswa sanggup dilihat perilaku dan pendapat mereka menurut kejadian yang disaksikannya. Dengan melihat kejadian secara langsung, guru atau fasilitator juga mendorong mereka untuk berempati.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

36. Snowballing

Snowballing berarti bola salju. Bola salju ibarat yang kita bayangkan mempunyai imbas pada ukuran bola salju yang semakin membesar ketika ia terus menggelinding. Analogi bola salju tersebut diaplikasikan pada model pembelajaran dimana para siswa menyebarkan informasi sesuai dengan topik yang relevan pada satu rekan lain dan penyebar informasi bersama rekan yang lain kemudian membawa informasi tersebut pada kalangan murid lain dengan jumlah yang lebih besar. Model ini mempunyai kegunaan untuk mencapai konsensus antarsiswa dan mengurangi siswa yang vokal atau aktif di kelas untuk sanggup lebih berkompromi pada bunyi secara umum dikuasai guna mencapai konsensus atau kesepakatan.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

37. Spectrum Debate

Melibatkan kegiatan perdebatan antara dua kubu siswa yang pro dan kontra terhadap topik tertentu. Guru atau fasilitator memperlihatkan umpan berupa pernyataan yang berpotensi mengakibatkan pro dan kontra. Siswa yang pro dan kontra kemudian dibuatkan ruang imajiner atau spektrum dimana ruang bayangan tersebut dibagi menjadi dua kubu; yang pro dan kontra. Siswa kemudian memperlihatkan argumentasi untuk mempertahankan sikapnya.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

38. Stick Debate

Stick Debate merupakan model dengan teknik debat. Setiap siswa diberi tiga stik yang juga merupakan jatah bagi frekuensi siswa tersebut mengeluarkan pendapat. Ketika stik habis, siswa dilarang mengeluarkan pendapatnya lagi. Model ini mendorong siswa untuk memakai hak bicaranya secara efektif alasannya yakni jumlah hak berpendapatnya dibatasi dengan jumlah stik.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

39. SWOT

Konsep SWOT sudah sangat terkenal. Tidak hanya di dunia bisnis saja, namun di banyak sekali bidang termasuk pendidikan. Dalam dunia pendidikan, konsep ini diterapkan sebagai salah satu bentuk model pembelajaran untuk membentuk daya analitis para siswa dengan mempertimbangkan faktor kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan bahaya (threat)

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

40. Tableau

Nama dari model ini berasal dari ungkapan 'tableau vivant' yang bermakna gambar hidup. Sesuai dengan namanya, guru atau fasilitator meminta para siswa untuk memperagakan sesuatu dengan posisi diam. Sebagai contoh, ketika guru atau fasilitator meminta salah satu siswa untuk memperagakan Pangeran Diponegoro, mungkin saja siswa tersebut mengambil posisi membisu atau pose dengan memalingkan kepala ke kanan dan ajudan di atas seperti sedang memegang keris.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

41. Talking Heads

Contoh model pembelajaran jenis ini memperlihatkan siswa kesempatan untuk mengekspresikan gagasan atau perasaaannya kepada siswa lain tanpa diinterupsi pada ketika siswa tersebut memegang objek tertentu. Objek tertentu inilah yang dinamai talking head. Ia bisa berupa boneka atau objek mainan menyenangkan lainnya yang ramah anak. Dengan diberi kesempatan untuk tidak diinterupsi, baik oleh guru atau murid yang lain, diharapkan siswa sanggup menjadi lebih ekspresif. Model ini juga mendorong siswa lain untuk lebih mempunyai keterampilan mendengar dan juga melatih kesabaran.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

42. Think, Pair and Share

Jenis model pembelajaran ini secara gampang sanggup dijelaskan sesuai makna katanya, yaitu: berpikir, berpasangan, dan kemudian membagi. Guru atau fasilitator menandakan konsep untuk topik tertentu. Siswa kemudian diberi kesempatan untuk berpikir perihal konsep yang telah diterangkan. Setelah berfikir, mereka kemudian mendiskusikan hasil pemahaman mereka terhadap salah satu rekannya. Pada tahap ini, mereka berpasangan (pair) dengan rekannya. Setelah diskusi berpasangan, para siswa kemudian bergabung ke kelompok yang lebih besar (bisa empat hingga enam orang) untuk membagikan dan mendiskusikan hasil pemikiran mereka pada kelompok yang lebih besar tersebut.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

43. STAD

Macam-macam model pembelajaran sejauh ini sudah dibahas dan ini merupakan salah satu yang paling dikenali oleh para guru di Indonesia. STAD merupakan akronim dari student team achievement development. Ini merupakan sebuah taktik kolaboratif atau taktik yang mengandalkan kerjasama antarsiswa. Siswa diminta untuk membentuk kelompok. Guru atau fasilitator kemudian menandakan konsep atau topik tertentu. Setelahnya, para siswa kemudian berdiskusi secara kelompok untuk memastikan bahwa mereka telah memahami apa yang telah disampaikan oleh guru atau fasilitator.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

44. Problem Based Learning

Problem based learning berarti pembelajaran berbasis masalah. Model ini memungkinkan siswa untuk melaksanakan pendataan kasus menurut topik tertentu yang dibahas. Setelah melaksanakan pendataan masalah, siswa kemudian mencari pemecahan kasus menurut apa yang mereka ketahui.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

45.  Numbered Heads Together

Secara umum diterjemahkan sebagai kepala bernomor terstruktur. Model ini memperlihatkan peluang bagi para siswa untuk bekerjasama dalam kelompok. Guru atau fasilitator membagi para siswa ke dalam kelompok yang biasanya terdiri atas empat hingga dengan lima siswa. Masing-masing siswa diberi nomor unik sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok mempunyai nomor unik atau nomor identifikasi yang berbeda. Guru atau fasilitator kemudian membahas bahan dan memperlihatkan empat atau lima pertanyaan kepada para siswa. Siswa kemudian berdiskusi dalam rangka mencari balasan atas pertanyaan guru tersebut. Setelah berdiskusi, guru atau fasilitator kemudian menunjuk beberapa siswa dari beberapa kelompok dengan nomor yang sama untuk maju dan menjawab persoalan. Setelah mempresentasikan jawaban, guru kemudian menunjuk siswa dengan nomor yang sama untuk menanggapi balasan yang diberikan.

Klik di sini untuk membaca selengkapnya!

Demikian sekilas pembahasan mengenai contoh-contoh, jenis-jenis, macam-macam model pembelajaran untuk tumpuan Anda. Semoga menambah wawasan. Terima kasih telah membaca postingan ini.

Salam sukses selalu!

0 Response to "45 Referensi Model Pembelajaran Beserta Klarifikasi Lengkapnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel