Macam-Macam Teori Berguru Dan Pembelajaran
Behavioristik, Kognitif, dan Konstruktivisme
Teori berguru pada dasarnya menyediakan dasar pedagogis bagi para guru untuk memahami bagaimana cara siswa mereka berguru (Keesee, 2014). Kami akan membahas tiga teori tersebut, yaitu: Behavioristik, Koginitif, dan Konstruktivisme disertai acuan dan pandangan berdasarkan para ahli.
A. Behavioristik
Pengertian teori behavioristik atau behaviorisme yaitu sebuah teori mengenai sikap insan dan binatang yang hanya berfokus pada sikap yang sanggup diamati secara objektif. Pembahasan mengenai kegiatan mental tidak terlalu menerima daerah dalam teori ini. Para hebat pendukung teori ini mendefinisikan berguru sebagai tidak lebih dari pemerolehan sikap yang baru.
Eksperimen atau percobaan yang dilakukan oleh para penganut teori ini memakai pengkondisian. Ia dianggap sebagai proses berguru yang universal. Terdapat dua jenis pengkondisian yang masing-masing menghasilkan pola sikap yang berbeda. Pengkondisian tersebut masing-masing yaitu pengkondisian klasik dan pengkondisian behavioral atau pengkondisian operant.
- Pengkondisian klasik terjadi ketika response atau tanggapan terhadap stimulus yaitu berupa refleks alamiah. Contoh yang paling klasik dipakai yaitu observasi yang dilakukan oleh Pavlov dengan memakai anjing sebagai objek penelitiannya. Refleks alamiah yang dicontohkan yaitu ketika anjing merespons stimulus berupa masakan dengan cara mengeluarkan air liur. Menurut teori ini, insan dan binatang intinya mempunyai kemiripan biologis (biologically wired) sehingga sebuah stimulus tertentu sanggup menghasilkan respons atau tanggapan yang spesifik.
- Pengkondisian behavioral atau operant terjadi ketika penguatan diberikan untuk menghipnotis respons terhadap stimulus. Penguatan sanggup berupa ganjaran atau eksekusi (reward and punishment). Video di bawah ini mungkin akan memberi pemahaman yang lebih gampang ihwal maksud pengkondisian operant. Video ini terinspirasi oleh eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike.
Pada video tersebut, eksperimen dilakukan dengan media kotak teka-teki atau puzzle box dengan anjing herder (German Shepherd) sebagai objek penelitian. Kotak diberi semacam tuas untuk membuka kotak. Anjing dimasukkan ke dalam kotak dan diperlukan dapat keluar kotak dengan menarik tuas atau pengungkit. Di sini, respons yang diperlukan yaitu bahwa si anjing menarik tuas biar keluar kotak, sedangkan stimulus dilakukan dengan memperlihatkan masakan kesukaan si anjing. Makanan diberikan sempurna pada lubang pengungkit dengan impian membantu si anjing untuk melaksanakan respons berupa menarik tuas. Penguatan positif (reward) diberikan ketika si anjing keluar dari kotak tersebut berupa elusan penuh kasih sayang dari peneliti. Yang wajib dicatat, penguatan negatif tidak ditunjukkan dalam video tersebut.....hehehe. Kalau penguatan negatifnya berupa, misalnya, pukulan penuh kebencian, akan mengerikan membayangkan respons para komentator video tersebut. Dari percobaan tersebut, si anjing ternyata bisa keluar kotak dengan durasi waktu yang semakin menurun dari beberapa rangkaian percobaan. Skenario kedua dari percobaan ini yaitu dengan mengunci pintu keluar sehingga si anjing tidak sanggup keluar begitu saja dengan cara menarik pengungkit menyerupai yang sudah dilakukan pada skenario sebelumnya. Yang terjadi cukup mengejutkan. Si anjing semakin frustasi alasannya yaitu apa yang dilakukan sebelumnya tidak berhasil. Ia tidak bisa begitu saja keluar kotak dengan menarik tuas. Dan ini membuatnya frustrasi dan pada balasannya tidak melaksanakan apa-apa. Akhirnya, peneliti mengembalikan situasi menyerupai pada skenario awal, yaitu kunci balasannya dilepas. Kemudian si anjing dimasukkan lagi ke kandang. Namun hasilnya masih tetap sama. Si anjing masih berada pada situasi dimana ia tidak melaksanakan apa-apa. Sang peneliti pun kemudian membuka sangkar dan memberi penguatan positif kepada si anjing berupa belaian penuh kasih sayang. Setelah itu, anjing dimasukkan kembali dan hasilnya mengejutkan. Si anjing keluar kotak menyerupai yang pernah ia lakukan sebelumnya.
Pandangan Para Ahli Pendukung Teori Behavioristik
Skinner: Beliau yaitu penggagas pengkondisian operant. Cara kerjanya yaitu dengan menyediakan stimulus dan diikuti oleh respons berbasis stimulus tersebut. Konsekuensi terhadap respons tersebut kemudian hadir. Penguatan disediakan, baik berupa penguatan positif atau negatif. Pada perkara video di atas, stimulus disediakan peneliti dengan memberi masakan sempurna di lubang pengungkit. Respons yang diperlukan yaitu penarikan tuas sebagai jalan membuka pintu kotak. Konsekuensi yaitu berupa keluarnya si anjing dari "kekangan" kotak tersebut. Penguatan dilakukan oleh peneliti dengan belaian kasih sayang (penguatan positif).
Pavlov: Terkenal dengan pengkondisian klasik, dimana reaksi impulsif terjadi secara otomatis terhadap stimulus. Keberhasilan pengkondisian klasik terjadi pada ketika terjadi perubahan reaksi (yang biasanya berupa spontanitas dan alamiah) terhadap stimulus tertentu.
Thorndike: Penganut aliran pengkondisian operant. Beliau sangat populer dengan Hukum Akibat yang menyatakan bahwa korelasi antara stimulus dan respons akan semakin kuat jikalau diberi penguatan positif (reward) dan akan semakin lemah jikalau diberi penguatan negatif (punishment)
Watson: Beliau percaya bahwa insan dilahirkan dengan sedikit refleks dan reaksi emosional akan cinta dan amarah. Perilaku-perilaku yang lain dihasilkan melalui korelasi stimulus-respons melalui pengkondisian.
Penerapan Teori Behavioristik pada Pembelajaran
- Peran peserta didik: pasif dan hanya merespons stimulus.
- Peran guru: merancang lingkungan pembelajaran, membentuk sikap peserta didik dengan cara memberi penguatan (negatif atau positif), mentranfser warta dan peserta didik memperlihatkan bahwa mereka memahami isi dari warta tersebut, menilai peserta didik dengan rangkaian ujian.
- Aktivitas pembelajaran:
- Isyarat instruktif untuk memperoleh repons yang tepat
- Penguatan positif untuk respos yang tepat
- Membangun kefasihan, dalam arti berusaha memperoleh respons-respons yang sesuai dengan respons yang tepat
- Latihan dan praktik
- Mengingat fakta
- Mendefinisikan dan mengilustrasikan konsep
- Mengasosiasikan konsep dengan penjelasan
- Perantaian atau peserta didik melaksanakan mekanisme tertentu secara otomatis
- Pembelajaran dan Desain Instruksional: Inspirasi teori behavioristik pada pembelajaran terutama terletak pada pengembangan tujuan instruksional. Implikasinya yaitu bahwa guru menganalisis situasi dan memilih sebuah tujuan. Tugas-tugas individual diperinci dan tujuan pembelajaran dikembangkan. Evaluasi menyangkut apakah kriteria tujuan telah terpenuhi. Dengan pendekatan ini, guru memilih apa-apa yang penting bagi peserta didik dan berusaha untuk mentransfer pengetahuan tersebut kepada para peserta didik.
Pada dasarnya, sebuah teori akan berkembang terus menerus. Ia akan berdialektika, menemukan antitesis atau bantahan dan kemudian bisa atau tidak bisa bersintesis dengan teori yang baru. Demikian pula dengan apa yang akan kita bahas, yaitu Kognitif atau Kognitivisme. Ia merupakan antitesa dari teori behavioristik. Ia menolak keras bahwa insan mempunyai kesamaan biologis dengan binatang dalam hal merespons sesuatu atau yang kita sebut stimulus. Ia berkembang pada tahun 60-an.
Berbeda dengan behavioristik yang sangat menekankan pada sikap yang sanggup diamati, teori ini lebih menekankan kegiatan mental menyerupai berfikir, memecahkan masalah, pembentukan konsep, pemrosesan informasi, dan lain sebagainya. Jika objek teori sebelumnya yaitu perilaku, maka teori kognitif lebih menekankan pada objek yaitu otak.
Fokus teori yang sedang kita bahas ini yaitu mengenai bagaimana warta diterima, dikelola, disimpan, dan dipakai kembali oleh pikiran. Jadi, ia tidak memberi perhatian pada apa yang dilakukan peserta didik atau pembelajar, namun lebih kepada apa yang mereka ketahui dan bagaimana cara memperolehnya. Inilah yang disebut dengan aktiviatas mental.
Akan tetapi, kedua teori ini juga mempunya kesamaan dalam hal umpan balik korektif (corrective feedback). Secara sederhana, umpan balik korektif yaitu evaluasi. Namun demikian, cara pandang teori behavioristik yaitu pada apa yang menghipnotis hasil berguru yang sangat dipengaruhi oleh prasyarat lingkungan berguru dan elemen instruksional. Dengan demikian, apa yang dituntut dalam peningkatan pembelajaran yaitu lingkungan berguru (fasilitas belajar, suasana belajar, dll) serta elemen instruksionalnya (kurikulum, model dan metode pembelajaran, dan lain-lain). Teori kognitif memandang penilaian dengan cara yang lebih luas. Ia menambahkan faktor-faktor menyerupai penerimaan informasi, pengelolaan informasi, penyimpanan informasi, dan penggunaan kembali warta ketika dibutuhkan. Disamping itu, proses berfikir, keyakinan, sikap, dan nilai pembelajar juga dianggap sebagai determinan (faktor-faktor yang berpengaruh) penting pada pembelajaran.
(bersambung)
0 Response to "Macam-Macam Teori Berguru Dan Pembelajaran"
Posting Komentar