Download Silabus Sosiologi Sma/Ma Kurikukulum 2013 Revisi 2016

Download Silabus Mata Pelajaran (Mapel) Sosiologi SMA/MA Kurikulum 2013 Revisi 2016 

Berikut Adalah Tautan atau Link Download Silabus Sosiologi SMA/MA Kurikukulum 2013 Revisi 2016 :



Berikut ialah kutipan dari Silabus Sosiologi tersebut:






SILABUS MATA PELAJARAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA)

MATA PELAJARAN
SOSIOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
JAKARTA, 2016


DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 1
A. Rasional 1
B. Kompetensi Setelah Mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah 2
C. Kompetensi Setelah Mempelajari Mata Pelajaran Sosiologi
di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah 4
D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Mata Pelajaran Sosiologi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah 4
E. Pembelajaran dan Penilaian 7
F. Kontekstualisasi PembelajaranSesuai dengan Kondisi
Lingkungan dan Peserta Didik 11

II. KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DANKEGIATAN PEMBELAJARAN 12
A. Kelas X 12
B. Kelas XI 15
C. Kelas XII 20


I. PENDAHULUAN


A. Rasional

Pembelajaran membutuhkan silabus yang handal, terumuskan dengan terperinci dan sekaligus terbuka untuk selalu dikembangkan sesuai kebutuhan jaman. Dirancang berdasarkan Kurikulum 2013, silabus ini memuat di dalamnya materi-materi pembelajaran dan proses pembelajaran untuk menerjemahkan tujuan Kurikulum 2013 dalam praktik pembelajaran. Silabus ini dipergunakan sebagai pola bagi guru Sosiologi dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi akseptor didik sebagaimana diharapkan.

Silabus Sosiologi Sekolah Menengan Atas ini dirancang untuk tujuan itu, memuat di dalamnya kompetensi yang diharapkan, kerangka pengembangan, ruang lingkup materi, proses pembelajaran, penilaian, dan rangkaian semua itu dimuat dalam tabel panduan pembelajaran. Mengacu pada silabus ini, proses pembelajaran diharapkan bisa menghasilkan akseptor didik berpengetahuan, berketerampilan, mempunyai sikap religius dan etika sosial yang tinggi dalam menyebarkan diri dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Paradigma pembangunan sekarang telah bergeser dari pembangunan berbasis Sumber Daya Alam (SDA) menuju pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam rangka pembentukan peradaban gres memasuki era 21. Pendidikan nasional melalui pengembangan Kurikulum 2013 diarahkan untuk menopang transformasi pembangunan yang membutuhkan pinjaman SDM yang berpengetahuan, berkemampuan kreatif, dan berkepribadian budaya bangsa serta berwawasan luas dalam pergaulan dunia.

Untuk itu, Kurikulum 2013 dikembangkan secara khusus untuk mempersiapkan generasi gres penerus bangsa yang berkualitas sebagai warga negara yang berpengetahuan, berketerampilan, mempunyai sikap religius dan etika sosial yang tinggi guna menopang pembangunan bangsa dan peradaban dunia. Dengan begitu, pelaksanaan Kurikulum 2013 diharapkan bisa membangun kehidupan bangsa di masa sekarang dan masa depan menuju pembangunan insan yang semakin berkualitas.

Sebagaimana digambarkan di atas, kualitas kepribadian sebagai insan remaja dan warga negara yang mandiri, berpengetahuan, berketerampilan, dan mempunyai sikap religius dan etika sosial yang tinggi merupakan kualitas insan yang hendak dicapai dari pelaksanaan Kurikulum 2013. Kualitas pembangunan insan itu dicapai dengan menyebarkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan menumbuhkan sikap religius dan etika sosial yang tinggi di kalangan akseptor didik melalui proses pendidikan.

Kurikulum 2013 ini bersifat progresif menegaskan adanya perubahan dalam cara pandang pembangunan dan manusia. Kurikulum ini mengukuhkan sentralitas insan dalam pendidikan. Sehubungan dengan itu, mengikuti Kurikulum 2013 ini, pembelajaran Sosiologi mengakomodasi pandangan-pandangan gres dalam disiplin Sosiologi dari semula diposisikan sebagai disiplin ilmu yang kaku hanya menekankan pada dimensi kognisi menuju disiplin ilmu yang bersifat kritis dan emansipatoris. Pembelajaran Sosiologi mempunyai dimensi konseptual dan sekaligus simpel serta memperkuat komitmen nilai. Tujuan pembelajaran Sosiologi di sini diarahkan untuk menumbuhkan kualitas berpikir yang bisa mendorong keterlibatan akseptor didik dalam dunia publik. Dengan kata lain, pembelajaran Sosiologi mementingkan penguasaan pengetahuan, nilai kemanusiaan dan keterlibatan sosial.

Silabus ini disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga gampang dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan format dimaksudkan semoga penyajiannya lebih efisien, tidak terlalu banyak halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya. Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; gampang diajarkan oleh guru (teachable); gampang dipelajari oleh akseptor didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable), dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan akseptor didik.

Silabus ini bersifat fleksibel, kontekstual, dan menunjukkan kesempatan kepada guru untuk menyebarkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus meliputi kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru sanggup menyebarkan aneka macam model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang diadaptasi dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan akseptor didik.


B. Kompetensi Setelah MempelajariIlmu Pengetahuan Sosial di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi salah satu mata pelajaran di pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs), sedangkan di pendidikan menengah (SMA/MA) IPS dikenal sebagai kelompok peminatan tolong-menolong dengan peminatan MIPA; Bahasa dan Budaya. IPS di pendidikan dasar khususnya SD, bersifat terpadu-integreted lantaran itu pembelajarannya tematik. Pada kelas rendah (I,II dan III) IPS dipadukan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Matematika; pada SD/MI kelas tinggi (Kelas IV, V, dan VI) menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. Pada jenjang SMP/MTs, pembelajarannya bersifat terpadu-korelatif, secara materi konsep-konsep ilmu sosial dalam IPS belum terikat pada tema. Pada pendidikan menengah yaitu SMA/MA IPS menjadi kelompok peminatan, yang di dalamnya terdiri atas mata pelajaran yang berdiri sendiri (monodisipliner) yaitu Geografi, Sosiologi, Ekonomi, dan Sejarah.
Setelah mengikuti pembelajaranIPS di pendidikan dasar dan kelompok peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial di pendidikan menengah, akseptor didik akan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
• Mengenal dan memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;
• Mengaplikasikan teori, pendekatan dan metode ilmu-ilmu sosial dan humaniora, dalam penelitian sederhana dan mengomunikasikan secara mulut dan/atau goresan pena sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah dengan memanfaatkan teknologi informasi;
• Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, kreatif, inovatif, kolaboratif dan terampil menuntaskan problem dalam kehidupan masyarakat;
• Memahami dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan terhadap perkem¬bangan teknologi dan kehidupan insan baik di masa kemudian maupun potensi dampaknya di masa depan bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya
• Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan serta besar hati menjadi warga negara Indonesia; dan
• Berkomunikasi, bekerja sama, dan berdaya saing dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, global.
Kemampuan-kemampuan tersebut sanggup dirumuskan menjadi tingkatan kompetensi kerja ilmiah pada setiap jenjang menyerupai gambar 2.

Gambar 1. Peta Kerja Ilmiah IPS di Pendidikan Dasar dan Kelompok
Peminatan IPS di Pendidikan Menengah

C. Kompetensi Setelah Mempelajari Mata Pelajaran Sosiologi di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

Khusus dalam pembelajaran di SMA, kompetensi umum itu dicapai melalui pembelajaran terkait minat-minat khusus yang dikembangkan sesuai kebutuhan akseptor didik dan orientasi pendidikan di Indonesia, termasuk di dalamnya melalui pembelajaran mata pelajaran Sosiologi. Lebih khusus dalam pembelajaran Sosiologi, kompetensi umum itu dicapai secara sedikit demi sedikit dalam tingkat perkembangannya mulai dari kelas X hingga kelas XII. Pencapaian kompetensi-kompetensi khusus tersebut digambarkan sebagai berikut.



Gambar 2. Tingkatan Kompetensi Di SMA

Sebagaimana dipaparkan dalam gambar di atas, pembelajaran Sosiologi di kelas X diharapkan akseptor didik bisa menumbuhkan kesadaran individual dan sosial. Selanjutnya, di kelas XI diharapkan akseptor didik sanggup mempunyai kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah sosial serta tanggungjawab pemecahan problem sosial. Pada kelas XII, akseptor didik diharapkan mempunyai keberdayaan diri dan kemampuan untuk melaksanakan pemberdayaan komunitas. Kemudian, yang terakhir, setelah lulus dari Sekolah Menengan Atas diharapkan akseptor didik menjadi warga negara yang mempunyai kesadaran sosial, kepekaan dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup dan masalah-masalah sosial serta bisa mengatasi problem dan melaksanakan pemberdayaan sosial di masyarakat.


D. Kerangka Pengembangan Kurikulum Mata Pelajaran Sosiologi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

Kompetensi sebagaimana diharapkan di atas selanjutnya diterjemahkan dalam kompetensi dasar yang kemudian dijadikan dasar pola dalam praktik pembelajaran Sosiologi. Berdasarkan kompetensi yang hendak dicapai itu, praktik pembelajaran Sosiologi ditujukan pada penguasaan pengetahuan dalam praktik, atau praktik pengetahuan Sosiologi, untuk menyebarkan keterampilan sosial dan menumbuhkan sikap religiusitas dan etika sosial yang tinggi dalam pergaulan sosial di masyarakat.


Sejalan dengan itu, proses pembelajaran Sosiologi dijalankan dengan menekankan pentingnya penguasaan pengetahuan Sosiologi yang berorientasi pada praktik untuk menyebarkan keterampilan sosial dan menumbuhkan sikap religius dan etika sosial sebagai wujud tanggung jawab akseptor didik sebagai insan remaja dan warga negara terhadap masalah-masalah sosial di masyarakat. Secara keseluruhan, hal itu dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran individual atau diri dan sosial akseptor didik ditengah keragaman sosial atau pluralitas yang ada, menghormati perbedaan dan bersikap toleran terhadap perbedaan di tengah pluralitas masyarakat Indonesia.

Selain itu, kompetensi akseptor didik untuk mempunyai kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan pemecahannya juga sangat ditekankan. Demikian pula, kompetensi akseptor didik dalam mengatasi ketimpangan dan melaksanakan pemberdayaan komunitas juga penting ditekankan sebagai bentuk kepedulian dan keikutsertaan atau berpartisipasi dalam pemecahan masalah-masalah sosial.

Tabel 1
Kompetensi Inti Jenjang SMA/MA

Aspek Kompetensi Kelas X Kelas XI Kelas XII
Spiritual Menghayati dan mengamalkan pemikiran agama yang dianutnya Menghayati dan mengamalkan pemikiran agama yang dianutnya Menghayati dan mengamalkan pemikiran agama yang dianutnya
Sosial Menunjukkan sikap jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai kepingan dari solusi atas aneka macam permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia Menunjukkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai kepingan dari solusi atas aneka macam permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia Menunjukkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, damai), santun, responsif dan proaktif, sikap sebagai kepingan dari solusi atas aneka macam permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Pengetahuan Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya wacana ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan talenta dan minatnya untuk memecahkan problem Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya wacana ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan talenta dan minatnya untuk memecahkan problem Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya wacana ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan talenta dan minatnya untuk memecahkan masalah
Keterampilan Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abnormal terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan bisa memakai metode sesuai kaidah keilmuan Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abnormal terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta bisa memakai metode sesuai kaidah keilmuan Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abnormal terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara berdikari serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan bisa memakai metode sesuai kaidah keilmuan

Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (Indirect Teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karkateristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi akseptor didik.
Penumbuhan dan pengembangan Kompetensi Sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan sanggup dipakai sebagai pertimbangan guru dalam menyebarkan abjad akseptor didik lebih lanjut.

Utuk mencapai kompetensi, mata pelajaran Sosiologi di Sekolah Menengan Atas dikembangkan memuat di dalamnya materi-materi pembelajaran berorientasi pada penumbuhan kesadaran individual dan sosial, kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah sosial dan tanggungjawab pemecahan problem sosial, dan kemampuan untuk melaksanakan pemberdayaan komunitas. Ruang lingkup materi ini secara keseluruhan mencerminkan tingkatan perkembangan penguasan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang didapatkan akseptor didik. Secara keseluruhan ruang lingkup materi itu sanggup digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. Lingkup Materi


Sebagaimana digambarkan di atas, penumbuhan kesadaran individual dan sosial di kelas X ditekankan pada pembelajaran materi-materi berkaitan wacana individu, korelasi antar individu, kelompok, korelasi antar kelompok, korelasi sosial, forum sosial, heterogenitas atau keanekaragaman sosial, penghormatan terhadap hiterogenitas sosial. Sementara itu, kepekaan, kepedulian dan tanggungjawab pemecahan problem sosial di kelas XI ditekankan pada pembelajaran materi-materi berkaitan dengan masalah-masalah sosial, konflik, kekerasan, perdamaian, dan kohesi sosial. Sedangkan, kemampuan melaksanakan pemberdayaan sosial ditekankan dalam materi-materi pokok antara lain wacana globalisasi, perubahan sosial, ketimpangan sosial dan pemberdayaan komunitas di kelas XII.

Selain itu, diberikan pula materi wacana metode penelitian sosial di kelas X yang selanjutnya bisa dipergunakan untuk melaksanakan penelitian berorientasi pemecahan problem di kelas XI dan untuk melaksanakan penelitian berorientasi pada pemberdayaan komunitas di kelas XII. Dengan demikian keseluruhan jenjang mulai dari kelas X hingga kelas XII diberikan materi-materi pembelajaran berkaitan dengan kemampuan melaksanakan penelitian sosial.

E. Pembelajaran dan Penilaian

1. Pembelajaran

Pembelajaran dalam mata pelajaran Sosiologi lebih menekankan praktik pengetahuan Sosiologi dari pada Sosiologi sebagai pengetahuan semata. Hal itu khususnya diarahkan pada penguasaan pengetahuan Sosiologi untuk memecahkan problem sosial. Melalui praktik pengetahuan itu diharapkan akan tumbuh sikap religiusitas dan etika sosial dalam hal tanggungjawab akseptor didik terhadap permasalahan sosial di sekitarnya.

Dalam praktiknya, pembelajaran itu dijalankan dengan tekanan yang berbeda-beda untuk tiap jenjang atau masing-masing kelas. Kelas X menekankan pada praktik pengetahuan Sosiologi untuk tumbuhnya kesadaran diri dan tanggungjawab sosial. Sedangkan Kelas XI menekankan pada praktik pemecahan problem sosial. Selanjutnya, proses pembelajaran yang menekankan pemberdayaan sosial dilakukan di kelas XII. Dalam hal ini, muatan materi dan proses pembelajaran masing-masing jenjang itu dijalankan sesuai tingkat perkembangan akseptor didik sebagai orang remaja dan warga negara.

Satu hal penting ditekankan dari proses pembelajaran ini ialah bahwa pembelajaran yang dijalankan tidak hanya memperkenalkan pengetahuan Sosiologi dalam konsepsi-konsepsi atau teori-teorinya yang abnormal dan bersifat hafalan. Melainkan, lebih menekankan dimensi afeksi, atau kepedulian dan keterikatan akseptor didik terhadap permasalahan sosial yang dihadapi dan didorong memakai pengetahuan Sosiologi untuk memecahkan problem sosial. Sebagai contoh, di kelas XI, misalnya, kepedulian terhadap konflik dan perlunya mengatasi konflik, membangun perdamaian dan pembangunan komunitas dikembangkan. Demikian pula, kepedulian dan tanggungjawab mengatasi ketimpangan dan melaksanakan pemberdayaan komunitas dilakukan di kelas XII.

Melalui praktik pembelajaran semacam itu, tumbuhnya sikap religius dan etika sosial di kalangan akseptor didik berlangsung bukan dari indoktrinasi nilai, tetapi lebih bersumber dari nasihat pembelajaran dari praktik pengetahuan yang dilakukan. Ketika mendapati perdamaian, atau kesepakatan terhadap sesuatu nilai univiersal bisa dicapai di tengah masyarakat, misalnya, akan tumbuh sikap religius dan saling menghormati antar sesama insan atau keberagaman.

Penanaman nilai bersifat indoktrinasi hanya akan menghasilkan akseptor didik yang langsung dan tidak menghargai keberagaman. Sebaliknya, pendidikan berbasis praktik atau nasihat pembelajaran akan menghasilkan anak didik yang lebih terbuka, toleran dan semakin berkembang kapasitasnya. Etika sosial di sini berkembang sejalan dengan pemahaman terhadap identitas diri dan keragaman sosial dalam kehidupan sosial di masyarakat.

Proses pembelajaran yang menekankan pada praktik pengetahuan Sosiologi ini membutuhkan pendekatan pembelajaran khusus. Peran guru sangat penting untuk mendorong tumbuhnya rasa ingin tahu akseptor didik dan sikap terbuka serta kritis dan responsif terhadap permasalahan sosial. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan orientasi Kurikulum 2013 yaitu pendekatan proses keilmuan, atau saintifik, melalui tahapan proses pembelajaran berikut; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan guru untuk menyebarkan pendekatan lain yang berkesesuaian dengan proses pembelajaran akseptor didik aktif dan partisipatoris atau reflektif kritis dan emansipatoris. Pembelajaran tersebut sanggup dilihat pada skema berikut ini.


Gambar 4. Pendekatan dan Model Pembelajaran

Pembelajaran yang hanya mengandalkan pengetahuan empirik dan positivistik (atau hanya bersifat hafalan), akan cenderung menghasilkan pengetahuan bersifat faktual dan prosedural (mekanis dan tidak kreatif), dan miskin dimensi nilai dan etik. Di sisi lain, proses pembelajaran yang hanya mengandalkan pengetahuan emansipatoris saja akan cenderung menekankan aktivisme sosial, namun kemudian kurang bersifat konstruktif dan kurang berwawasan keilmuwan. Sebaliknya, proses pembelajaran yang bersifat kritis dan emansipatoris akan cenderung menghasilkan pengetahuan berdimensi simpel dan beorientasi pada pilihan-pilihan etik dalam melaksanakan tindakan.

Untuk mendukung proses pembelajaran ini, model-model pembelajaran yang sesuai perlu dikembangkan dan dipraktikkan dalam proses pembelajaran. Setidaknya terdapat tiga (3) model pembelajaran yang layak untuk dipertimbangkan, yaitu:

(1) Model pembelajaran berbasis keingintahuan (inquire-based learning), tidak hanya menekankan perolehan atau inovasi jawaban-jawaban atas keingintahuan akseptor didik saja. Melainkan, lebih dari itu, juga mendorong kegiatan akseptor didik melaksanakan penelusuran, pencarian (searching), penemuan, penelitian dan pengembangan penelitian dan analisis sosial lebih lanjut.

(2) Model pembelajaran berbasis pemecahan problem (problem solving-based learning), secara khusus diselenggarakan berbasis problem di masyarakat. Berpijak pada masalah-masalah yang ada, akseptor didik didorong untuk mengamati, meneliti dan mengkaji serta memecahkan masalah-masalah sehingga memperkaya pemahaman dan pengetahuan mereka. Selain bertujuan untuk mendapat pengetahuan khusus terkait problem yang ada, model ini juga dikembangkan untuk menumbuhkan kepedulian dan rasa tanggungjawab akseptor didik terhadap pemecahan problem sosial.

(3) Model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), merupakan proses pembelajaran yang mengakibatkan kegiatan proyek sebagai obyek studi sekaligus sarana belajar. Sebagai obyek studi, dilakukan ketika kegiatan proyek dijadikan sumber pengetahuan dalam proses belajar. Tahapan-tahapan kegiatan dalam proyek, mulai dari penentuan masalah, perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, serta identifikasi hasil-hasil yang dicapai dan rekomendasi untuk kegiatan proyek berikutnya. Di sini dilihat sebagai siklus kegiatan yang bisa dijadikan sumber pengetahuan dalam proses pembelajaran.

2. Penilaian

Kurikulum 2013 mengedepankan capaian kompetensi yang utuh. Hal itu akan berimplikasi pada perlunya sistem penilaian yang utuh atau integral pula. Kompetensi integral tersebut meliputi tiga aspek penting yaitu; penguasaan pengetahuan, pengetahuan dalam praktik atau keterampilan, dan perubahan sikap.

Sistem penilaian utuh atau integral di atas menekankan pentingnya penilaian berkesinambungan atau berangkaian antara aspek penguasaan pengetahuan, praktik pengetahuan atau keterampilan sosial, sikap religiusitas dan etika sosial. Penilaian terhadap ketiga aspek atau dimensi itu dilakukan dengan memakai metode penilaian yang mencerminkan kualitas ketiga aspek.

Penilaian terhadap aspek sikap religius (KI-1) dan etika sosial (KI-2) sanggup dilakukan pada ketika proses pembelajaran berlangsung (ongoing-test) maupun bisa juga setelah proses pembelajaran berlangsung (post-test), atau secara formal. Penilaian pada ketika pembelajaran berlangsung, atau secara informal, dilakukan sebagai kepingan dari interaksi guru dan akseptor didik, atau akseptor didik dengan akseptor didik lainnya, dan dilakukan penilaian atas sikap berdasarkan persepsi atau pandangan guru dan antar akseptor didik. Dalam menunjukkan penilaian, guru penting melaksanakan pembentukan situasi untuk merepresentasikan sikap generik yang dimiliki akseptor didik terkait kedua aspek dan dimensi sikap tersebut.

Sementara itu, penilaian setelah proses pembelajaran berlangsung, atau secara formal, guru melaksanakan penilaian menyerupai dilakukan pada penilaian konvensional pada umumnya, yaitu melaksanakan penilaian formal. Penilaian dilakukan secara tertulis terhadap hasil pembelajaran sebagaimana tercermin pada terbentuknya sikap yang bisa diukur atau terukur dari instrumen penilaian yang dipakai terkait pembentukan sikap.

Hal yang sama juga bisa dilakukan dalam menunjukkan penilaian terhadap aspek penguasaan pengetahuan. Dalam hal ini, metode penilaian bersifat formal, atau ujian formal, atau setelah proses pembelajaran usai lebih sempurna digunakan. Penilaian dilakukan terhadap penguasaan pengetahuan akseptor didik setelah proses pembelajaran selesai.

Berbeda dengan penilaian terhadap kedua aspek di atas, penilaian terhadap aspek praktik pengetahuan atau keterampilan sosial akan lebih sempurna bila memakai kombinasi keduanya; yaitu metode informal dan ujian formal. Penilaian informal dilakukan dengan mengamati atau melihat performa atau unjuk kebolehan keterampilan sosial akseptor didik sebagai bentuk penguasaan pengetahuan dalam praktik. Misalnya ditunjukkan dalam praktik mediasi, resolusi konflik, keahlian berkomunikasi, melaksanakan pemecahan masalah, dan sebagainya. Sedangkan penilaian bersifat formal bisa dilakukan terhadap kualitas praktik pengetahuan atau keterampilan yang diharapkan sesuai kompetensi, menyerupai contohnya dalam hal kemampuan memecahkan masalah.

Penggunaan instrumen atau alat penilaian bisa dilakukan pada ketika sebelum proses pembelajaran dimulai (pre-test), pada ketika pembelajaran berlangsung (ongoing-test), dan pada ketika pembelajaran telah selesai (post-test), tergantung pada metode penilaian yang digunakan. Penilaian pada ketika proses pembelajaran sedang berlangsung akan lebih sempurna kalau memakai ketiganya, terutama untuk menilai kemajuan berguru akseptor didik (progress learning). Sementara, metode penilaian setelah proses pembelajaran usai, atau memakai ujian tertulis, akan lebih sempurna kalau memakai instrumen tertulis yang diberikan pada ketika ujian tertulis. Penilaian tertulis maupun tidak tertulis bisa dipakai untuk menilai aspek penguasaan pengetahuan, praktik pengetahuan, performa akseptor didik, praktik lapangan, kegiatan proyek, portofolio, dan sebagainya.


F. Kontekstualisasi Pembelajaran Sesuai dengan Kondisi Lingkungan dan Peserta Didik

Kegiatan Pembelajaran pada silabus ini sanggup diadaptasi dan diperkaya dengan konteks tempat atau satuan pendidikan, serta konteks global untuk mencapai kualitas optimal hasil berguru pada akseptor didik terhadap kompetensi dasar. Kontekstualisasi pembelajaran tersebut dilakukan semoga akseptor didik tetap berada pada budayanya, mengenal dan menyayangi alam dan sosial di sekitarnya, dengan perspektif global sekaligus menjadi pewaris bangsa sehingga akan menjadi generasi tangguh dan berbudaya Indonesia.

Berlandaskan prinsip ini, pembelajaran Sosiologi perlu dikontekstualisasikan dengan situasi dan tingkat perkembangan lingkungan, keragaman masyarakat, dan tempat sehingga akseptor didik bisa menyesuaikan diri dengan perubahan sosial yang berlangsung di masyarakat. Selain dengan itu diharapkan akseptor didik mempunyai kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, juga diharapkan bisa menunjukkan bantuan pada kemajuan masyarakat dan perkembangan peradaban.

II. KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Kelas X
Alokasi waktu: 3 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi akseptor didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan sanggup dipakai sebagai pertimbangan guru dalam menyebarkan abjad akseptor didik lebih lanjut.

Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan sebagai berikut ini.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1 Memahami pengetahuan dasar Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berfungsi mengkaji tanda-tanda sosial di masyarakat.
4.1 Menalar suatu tanda-tanda sosial di lingkungan sekitar dengan memakai pengetahuan sosiologis Fungsi Sosiologi untuk mengenali tanda-tanda sosial di masyarakat

• Sosiologi sebagai ilmu sosial
• Realitas sosial sebagai obyek kajian
• Kehidupan sosial sebagai objektivitas
• Gejala sosial (tindakan individu, tindakan kolektif, pengelompokkan sosial, interaksi antar individu dan kelompok sosial dalam kehidupan masyarakat) • Mengamati tanda-tanda sosial di masyarakat dari aneka macam sumber pengetahuan
• Mengajukan pertanyaan-pertanyaan wacana apa, mengapa dan bagaimana mempraktikkan pengetahuan Sosiologi dalam mengkaji tanda-tanda dan memecahkan permasalahan sosial dalam kehidupan bermasyarakat
• Mengidentifikasi dan menjelaskan tanda-tanda sosial dalam kehidupan bermasyarakat dari aneka macam sumber pengetahuan dan hasil pengamatan
• Memberikan arti (menjelaskan), merumuskan (mengidentifikasi, menganalisis), dan menyimpulkan hasil pengamatan untuk memperdalam pengenalan terhadap kehidupan sosial untuk menanamkan sikap jujur dan terbuka dalam mengahargai perbedaan sosial di masyarakat
• Menyampaikan hasil pengamatan dan kesimpulannya dalam diskusi kelas mengenai fungsi ilmu sosiologi
3.2. Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, kelompok dan korelasi sosial di masyarakat.
4.2 Mengolah realitas individu, kelompok dan korelasi sosial sehingga berdikari dalam memposisikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat
Individu, kelompok dan korelasi sosial

• Pembentukan identitas :
- Diri/saya/individu dalam korelasi dengan orang lain/kamu/individu lain
- Hubungan antar individu dalam pembentukan kelompok (kami/kita)
- Hubungan antara individu dengan kelompoknya (saya dan kami/kita)
- Hubungan antara diri/saya/individu dengan kelompok lain (mereka)
- korelasi antar kelompok (kami/ kita dan mereka)
• perlunya institusi atau forum sosial untuk terciptanya tatanan dan tertib sosial

• Mengamati aneka macam bentuk korelasi sosial antar individu dan antar kelompok di dalam bermasyarakat
• Mengkaji korelasi sosial antar individu dan antar kelompok untuk memahami kehidupan sosial dalam bermasyarakat
• Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis dan mendiskusikan hasil pengamatan dan kajian wacana aneka macam bentuk korelasi sosial antar individu dan antar kelompok serta proses pembentukan kelompok dengan rumusan pertanyaan yang sudah dikembangkan
• Melakukan wawancara kepada individu atau kelompok yang ada di satuan pendidikan dan lingkungan sekitar terkait korelasi sosial antar individu dan antar kelompok
• Menganalisis hasil wawancara mengenai korelasi sosial antar individu dan antar kelompok dengan memakai konsep-konsep dasar Sosiologi
• Menemukan konsep dasar Sosiologi berdasarkan hasil pengamatan dan analisis wacana korelasi sosial
• Menyimpulkan hasil temuan mengenai konsep dasar Sosiologi sebagai dasar untuk memahami korelasi sosial antar individu, antara individu dan kelompok serta antar kelompok untuk menumbuhkan sikap jujur dan terbuka dalam menghargai perbedaan sosial di masyarakat
• Memaparkan hasil pengamatan wacana korelasi sosial dan mendiskusikannya untuk mendalami konsep dasar Sosiologi baik secara individual mau pun berkelompok
3.3. Menerapkan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk memahami ragam tanda-tanda sosial di masyarakat.
4.3. Mengaitkan realitas sosial dengan memakai konsep-konsep dasar Sosiologi untuk mengenali aneka macam tanda-tanda sosial di masyarakat.
Ragam tanda-tanda sosial dalam masyarakat

• Perbedaan sosial, perbedaan individu, perbedaan antar kelompok,
• multidimensi identitas dalam diri subyek individual maupun kelompok,
• heterogenitas sosial dalam kehidupan masyarakat
• Penghargaan, atau penghormatan, terhadap keanekaragaman atau hiterogenitas sosial • Mengamati ragam tanda-tanda sosial di masyarakat sekitar
• Mengajukan aneka macam pertanyaan terkait hasil pengamatan aneka macam tanda-tanda sosial dalam untuk memahami korelasi sosial di masyarakat
• Mendiskusikan aneka macam pertanyaan dengan mengaitkan kecenderungan tanda-tanda sosial di masyarakat sebagai akhir dari korelasi sosial
• Melakukan survey di masyarakat setempat wacana aneka macam tanda-tanda sosial melalui observasi, wawancara, dan kuesioner dengan memakai panduan yang telah dipersiapkan sebelumnya
• Menganalisis data dari hasil survei mengenai ragam tanda-tanda sosial di masyarakat dengan mengaitkan konsep dasar Sosiologi untuk memahami korelasi sosial dalam kehidupan kelompok dan masyarakat
• Menentukan sikap dalam mengkritisi aneka macam tanda-tanda sosial dan mengajukan pendapat dan atau jalan keluar atas aneka macam tanda-tanda sosial yang ada sebagai bentuk tanggungjawab sosial dalam kehidupan kelompok dan masyarakat dalam rangka menyebarkan sikap jujur dan terbuka dalam menghargai perbedaan sosial di masyarakat
• Mengomunikasikan pendapat secara individu dan atau kelompok berdasarkan hasil survey mengenai aneka macam tanda-tanda sosial terkait korelasi sosial dan pembentukan kelompok di masyarakat
3.4. Memahami aneka macam metode penelitian sosial yang sederhana untuk mengenali tanda-tanda sosial di masyarakat
4.4. Melakukan penelitian sosial yang sederhana untuk mengenali ragam tanda-tanda sosial dan korelasi sosial di masyarakat
Metode Penelitian Sosial

• Metode penelitian sosial
• Merancang penelitian
• Merumuskan pertanyaan
• Teknik pengumpulan data
• Mengolah dan menganalisis data
• Merumuskan dan menyajikan hasil penelitian
• Melakukan kajian pustaka wacana metode-metode penelitian sosial sebagai persiapan untuk merancang penelitian sederhana mengenai aneka macam tanda-tanda sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat
• Mendiskusikan dan merumuskan pertanyaan terkait metode penelitian sosial yang akan dipakai dalam penelitian sederhana wacana aneka macam tanda-tanda sosial di masyarakat
• Menyusun rancangan penelitian sederhana wacana aneka macam tanda-tanda sosial terkait dengan korelasi sosial dan pembentukan kelompok dengan mengikuti langkah-langkah penelitian, yaitu penetapan topik, latar belakang, permasalahan, tujuan, metode, dan instrumen penelitian (pedoman wawancara, kuesioner, dan pedoman observasi).
• Melakukan penelitian sederhana dengan memakai teknik wawancara, kuesioner, observasi, dan kajian dokumen atau kajian pustaka wacana ragam tanda-tanda sosial dalam masyarakat
• Menentukan topik penelitian, metode penelitian, jenis data yang terkait dengan teknik pengumpulan data dan analisis data wacana tanda-tanda sosial di masyarakat
• Mengolah data, menganalisis dan menyimpulkan data hasil penelitian wacana aneka macam tanda-tanda sosial di masyarakat untuk memperkuat sikap jujur dan terbuka dalam menghargai perbedaan sosial di masyarakat
• Menyusun laporan hasil penelitian dengan mengikuti sistimatika penulisan ilmiah
• Menyajikan hasil laporan dalam aneka macam bentuk, menyerupai tulisan/artikel, foto, gambar, tabel, grafik, dan audio-visual dengan tampilan yang menarik dan gampang dibaca.

B. Kelas XI
Alokasi waktu: 4jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi akseptor didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan sanggup dipakai sebagai pertimbangan guru dalam menyebarkan abjad akseptor didik lebih lanjut.

Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan sebagai berikut ini.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1. Memahami pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan Sosiologis

4.1. Menalar wacana terjadinya pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan Sosiologis
Pembentukan kelompok sosial

• Dasar-dasar pembentukan kelompok
• Berbagai bentuk dan jenis kelompok-kelompok kepentingan di masyarakat
• Karakteristik khusus atau partikularisme dan eksklusivisme kelompok


• Mengamati proses pembentukan kelompok sosial di masyarakat
• Mengkaji dari aneka macam sumber informasi wacana proses pembentukan kelompok sosial dalam masyarakat
• Menumbuhkan rasa ingin tahu wacana proses pembentukan kelompok sosial dan mendiskusikannya berdasarkan pengetahuan Sosiologi dengan berorientasi pada praktik pengetahuan untuk menumbuhkan sikap religiositas dan etika sosial
• Mengidentifikasi dan mengumpulkan data wacana ragam pengelompokkan sosial di masyarakat sekitar dari aneka macam macam sumber
• Menganalisis data semoga sanggup mengklasifikasi ragam pengelompokkan sosial di masyarakat sekitar berdasarkan jenis dan bentuk pengelompokkan untuk menanamkan sikap kesadaran diri dan tanggung jawab publik
• Mempresentasikan hasil diskusi wacana pembentukan kelompok sosial
3.2. Memahami permasalahan sosial dalam kaitannya dengan pengelompokan sosial dan kecenderungan eksklusi sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan Sosiologis
4.2. Melakukan respon mengatasi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan cara memahami kaitan pengelompokan sosial dengan kecenderungan eksklusi dan timbulnya permasalahan sosial

Permasalahan sosial dalam masyarakat

• Permasalahan sosial di masyarakat
• Partikularisme kelompok dan dilema pembentukan kepentingan publik
• Berbagai jenis permasalahan sosial di ranah publik
• Dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan publik
• Pemecahan problem sosial untuk mencapai kehidupan publik yang lebih baik

• Mengenali aneka macam permasalahan sosial yang ada di masyarakat sekitar
• Menumbuhkan rasa ingin tahu wacana aneka macam permasalahan sosial di masyarakat (kemiskinan, kriminalitas, kekerasan, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan) melalui contoh-contoh nyata dan mendiskusikannya dari sudut pandang pengetahuan Sosiologi berorientasi pemecahan problem yang menumbuhkan sikap religiositas dan etika sosial
• Melakukan survey di masyarakat setempat wacana permasalahan sosial (kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan) melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen/literatur dengan memakai panduan yang telah dipersiapkan sebelumnya
• Menginterpretasi data hasil survey wacana permasalahan sosial (kemiskinan, kriminalitas, kekerasan, kesenjangan sosial ekonomi dan ketidakadilan) dikaitkan dengan konsep keragaman kelompok sosial sehingga tumbuh kesadaran diri untuk melaksanakan tanggung jawab publik atas permasalahan sosial yang ada di masyarakat
• Mempresentasikan hasil survey wacana permasalahan sosial dan pemecahannya sesuai hasil pengamatan
3.3. Memahami arti penting prinsip kesetaraan untuk menyikapi perbedaan sosial demi terwujudnya kehidupan sosial yang tenang dan demokratis
4.3. Menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan untuk mengatasi perbedaan sosial dan mendorong terwujudnya kehidupan sosial yang tenang dan demokratis Perbedaan, kesetaraan dan harmoni sosial

• Partikularisme kelompok dan perbedaan sosial di masyarakat
• Kesetaraan untuk mencapai kepentingan umum atau publik
• Perbedaan dan kesetaraan antar kelompok dalam kehidupan publik
• Relasi antar kelompok dan terciptanya keharmonisan sosial dalam kehidupan masyarakat atau publik
• Mengamati perbedaan dan keragaman sosial yang ada di masyarakat sekitar
• Menumbuhkan rasa ingin tahu wacana perbedaan dan keragaman sosial dalam kehidupan masyarakat dan mendiskusikan wacana pemecahannya berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara dalam upaya mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis
• Melakukan wawancara dan atau mengisi kuesioner mengenai sikap terhadap perbedaan sosial yang ada di masyarakat dan pemecahannya berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara untuk membuat kehidupan sosial yang harmonis
• Menganalisis hasil wawancara atau isian kuesioner mengenai sikap terhadap perbedaan sosial di masyarakat untuk membuat kehidupan masyarakat yang serasi berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara
• Merumuskan langkah-langkah dan seni administrasi untuk membuat kehidupan sosial yang serasi untuk sikap kesadaran diri dan tanggung jawab publik di masyarakat berdasarkan hasil analisis
• Mempresentasikan hasil diskusi wacana langkah-langkah dan seni administrasi untuk membuat kehidupan sosial yang serasi di masyarakat
• Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan materi pembelajaran bersama dalam menyikapi dan menghormati perbedaan sosial dan tanggungjawab sosial dalam mendorong kehidupan masyarakat yang serasi berdasar prinsip-prinsip kesetaraan sebagai warga negara
3.4. Memahami konflik sosial dan bagaimana melaksanakan respon untuk melaksanakan resolusi konflik demi terciptanya kehidupan yang tenang di masyarakat
4.4. Memetakan konflik untuk bisa melaksanakan resolusi konflik dan menumbuh kembangkan perdamaian di masyarakat Konflik, kekerasan, dan perdamaian

• Konflik, kekerasan, dan perdamaian
• Pemetaan konflik (konteks, issu, pihak-pihak, dan dinamika)
• Akar problem dan sebab-sebab terjadi konflik
• Resolusi konflik (pencegahan, kelola, rekonsiliasi, dan transformasi)
• Peran mediasi dan pihak ketiga dalam penyelesaian konflik dan menumbuhkan perdamaian
• Mengamati tanda-tanda konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat dan memahami perbedaan antara konflik dan kekerasan (kekerasan merupakan konflik yang tidak terselesaikan secara damai)
• Menumbuhkan rasa ingin tahu wacana sebab-sebab/latar belakang terjadinya konflik dan kekerasan sosial serta mendiskusikannya untuk mencapai penyelesaian tanpa kekerasan
• Mengumpulkan data primer/sekunder wacana konflik dan kekerasan dalam masyarakat dan penyelesaian yang dilakukan warga masyarakat
• Mengidentifikasi dampak kekerasan (fisik, mental, sosial) dari konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat dengan memakai contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang ada di masyarakat setempat
• Menganalisis dan mendiskusikan penyelesaian konflik memakai metode-metode penyelesaian konflik (mediasi, negosiasi, rekonsiliasi dan transformasi konflik) dalam rangka mmembentuk kesadaran diri dan tanggung jawab publik untuk tercapainya perdamaian dan kehidupan sosial yang serasi di masyarakat
• Mempresentasikan hasil diskusi wacana upaya penyelesaian konflik di masyarakat
• Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan materi pembelajaran bersama dalam penyelesaian konflik dan kekerasan di masyarakat dengan memakai cara-cara tenang tanpa kekerasan


3.5. Memiliki pengetahuan mengenai bagaimana melaksanakan pemecahan problem untuk mengatasi permasalahan sosial, konflik dan kekerasan di masyarakat
4.5. Melakukan penelitian sederhana berorientasi pada pemecahan problem berkaitan dengan permasalahan sosial dan konflik yang terjadi di masyarakat sekitar Integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya pemecahan problem konflik dan kekerasan

• Konflik bersifat kekerasan dan dampaknya terhadap perpecahan atau disintegrasi sosial
• Perdamaian dan integrasi atau kohesi sosial
• Pemulihan (recovery), rehabilitasi, reintegrasi dan transformasi sosial
• Reintegrasi dan koeksistensi sosial dalam kehidupan tenang di masyarakat • Mengamati dan mendiskusikan upaya integrasi dan reintegrasi sosial untuk mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang serasi di masyarakat
• Mengembangkan sikap kritis dan kepekaan terhadap konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat untuk menemukan faktor pendorong dan penghambat tercapainya integrasi dan reintegrasi sosial
• Merancang penelitian sosial memakai metode pemetaan berkaitan dengan upaya integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya menuntaskan konflik dan mewujudkan perdamaian dan kehidupan msyarakat yang serasi melalui langkah-langkah menyerupai identifikasi kebutuhan , analisis kepentingan dan pemecahan problem dengan mengajukan rekomendasi
• Mengolah data, menganalisis dan menyimpulkan hasil pemetaan wacana upaya integrasi dan reintegrasi sosial untuk memperkuat kesadaran diri dan tanggung jawab publik sebagai upaya mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang serasi di masyarakat
• Menyajikan hasil pemetaan wacana upaya integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya penyelesaian konflik dan mewujudkan perdamaian dan kehidupan sosial yang serasi di masyarakat dalam aneka macam bentuk, menyerupai laporan, tulisan/artikel, foto, gambar, tabel, grafik, dan audio-visual dengan tampilan yang menarik dan gampang dibaca.
• Merumuskan hasil diskusi untuk dijadikan materi pembelajaran bersama dan menumbuhkan sikap serta tanggungjawab bersama dalam melaksanakan integrasi dan reintegrasi sosial untuk mewujudkan kehidupan yang tenang di masyarakat


C. Kelas XII
Alokasi waktu: 4 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi akseptor didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan sanggup dipakai sebagai pertimbangan guru dalam menyebarkan abjad akseptor didik lebih lanjut.

Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan sebagai berikut ini.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1. Memahami aneka macam jenis dan faktor-faktor perubahan sosial serta akhir yang ditimbulkannya dalam kehidupan masyarakat.
4.1. Menalar berdasarkan pemahaman dari pengamatan dan diskusi wacana perubahan sosial dan akhir yang ditimbulkannya
Perubahan sosial dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat

• Perubahan sosial dan sebab-sebab terjadinya perubahan sosial
• Perubahan sosial dan perubahan korelasi antar individu dan antar kelompok
• Perubahan sosial dan dampaknya terhadap kesenjangan sosial di masyarakat
• Perubahan sosial, kemajuan masyarakat, dan perkembangan masyarakat menuju kehidupan masyarakat yang demokratis
• Mengamati perubahan sosial yang terjadi di masyarakat sekitar untuk menumbuhkan sikap religiusitas dan tanggungjawab etika sosial dalam melaksanakan perubahan kearah yang lebih baik
• Mengkaji konsep perubahan sosial berkaitan dengan pengertian, penyebab dan dampaknya, baik yang negatif maupun yang positif, melalui aneka macam contoh yang ada di masyarakat serta membandingkannya dengan pendapat para pengamat dan ahli
• Mengedepankan sikap kritis dalam mendiskusikan wacana perubahan sosial dan dampaknya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat setempat dengan memakai contoh-contoh nyata yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat
• Mengidentifikasi hasil diskusi wacana perubahan sosial dan dampaknya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
• Menganalisis realitas dan data wacana perubahan sosial dan dampaknya terhadap kesenjangan sosial terjadi di masyarakat untuk menanamkan sikap tanggug jawab sosial dalam mengatasi problem
• Mempresentasikan hasil pengamatan dan pengkajian wacana perubahan sosial di masyarakat dan mengajukan solusi, atau rekomendasi, atau usulan,untuk mengatasi kesenjangan sosial secara demokratis untuk mencapai kemajuan masyarakat

3.2. Memahami aneka macam permasalahan sosial yang disebabkan oleh perubahan sosial ditengah-tengah efek globalisasi
4.2. Mengategorisasi aneka macam permasalahan sosial yang disebabkan oleh globalisasi serta akibat-akibatnya dalam kehidupan nyata di masyarakat sehingga sanggup merespon aneka macam permasalahan sosial dan ketimpangan disebabkan proses globalisasi
Globalisasi dan perubahan komunitas lokal

• Globalisasi dan dampaknya terhadap perubahan sosial di tingkat lokal atau komunitas
• Berbagai permasalahan sosial akhir perubahan sosial di tingkat lokal atau komunitas disebabkan globalisasi
• Globalisasi dan dampak ketimpangan sosial di masyarakat
• Strategi dan aneka macam pendekatan pemberdayaan untuk mengatasi ketimpangan sosial akhir globalisasi

• Mengamati aneka macam permasalahan akhir perubahan sosial lantaran efek globalisasi di komunitas dan masyarakat sekitar
• Melakukan kajian literature, atau referensi, buku, artikel, atau hasil analisis, wacana perubahan sosial dan permasalahan sosial di komunitas lokal sebagai akhir atau dampak globalisasi
• Mengedepankan sikap kritis dalam mendiskusikan hasil pengamatan dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan aneka macam permasalahan sosial terkait dampak globalisasi terhadap kehidupan komunitas lokal
• Mengamati dan mengidentifikasi ketimpangan sosial sebagai dampak dari perubahan sosial di tengah globalisasi untuk menumbuhkan sikap tenggang rasa dan etika tanggungjawab sosial atau publik
• Mengkaji aneka macam faktor penyebab ketimpangan sebagai akhir perubahan sosial di tengah globalisasi melalui studi literatur, atau referensi
• Merumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kaitan konsep dari studi literature atau rujukan dengan reaitas sosial mengenai efek perubahan sosial dan globalisasi terhadap ketimpangan sosial dalam masyarakat
• Mengidentifikasi problem ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat sekitar dengan sikap kritis dan kepekaan untuk pemecahan masalah

• Melakukan pengumpulan data terkait dengan problem ketimpangan sosial di masyarakat sekitar
• Mengolah data dan menganalisis ketimpangan sosial berdasarkan hasil kajian dan pengumpulan data
• Mengajukan pendapat atau usulan wacana upaya mengatasi ketimpangan sosial di masyarakat sekitar berdasarkan hasil pengolahan data dan kajian dokumen untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial di masyarakat
• Mempresentasikan hasil pengumpulan data dan usulan upaya mengatasi ketimpangan sosial di masyarakat
• Merumuskan usulan atau rekomendasi kelompok atau bersama wacana upaya mengatasi ketimpangan akhir perubahan sosial di tengah globalisasi
3.3. Memahami faktor penyebab ketimpangan sosial dan pertautannya dengan perubahan sosial ditengah-tengah globalisasi
4.3. Mengolah hasil kajian dan pengamatan wacana ketimpangan sosial sebagai akhir dari perubahan sosial ditengah-tengah globalisasi
Ketimpangan sosial sebagai dampak perubahan sosial di tengah globalisasi

• Globalisasi dan dampaknya terhadap perubahan sosial di tingkat lokal
• Berbagai permasalahan sosial akhir perubahan sosial di tingkat lokal disebabkan globalisasi
• Penguatan posisi komunitas lokal dalam merespon perubahan sosial disebabkan globalisasi
• Menjalin korelasi antar komunitas lokal untuk memperkuat posisi dalam merespon perubahan sosial yang disebabkan globalisasi • Mengamati ketimpangan sosial sebagai dampak dari perubahan sosial di tengah globalisasi untuk menumbuhkan sikap tenggang rasa dan rasa saling menghargai diantara sesama insan dan warga masyarakat
• Mengkaji aneka macam faktor penyebab ketimpangan sebagai akhir perubahan sosial di tengah globalisasi melalui studi dokumen
• Merumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kaitan dengan konsep dari studi dokumen mengenai efek perubahan sosial dan globalisasi terhadap ketimpangan sosial dalam masyarakat
• Mengidentifikasi problem ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat sekitar dengan sikap kritis dan kepekaan untuk pemecahan masalah
• Melakukan pengumpulan data terkait dengan problem ketimpangan sosial di masyarakat sekitar
• Mengolah data dan menganalisis ketimpangan sosial berdasarkan hasil kajian dan pengumpulan data
• Mengajukan pendapat atau usulan wacana upaya mengatasi ketimpangan sosial di masyarakat sekitar berdasarkan hasil pengolahan data dan kajian dokumen untuk merangsang terbentuknya sikap tanggung jawab sosial di masyarakat
• Mempresentasikan hasil pengumpulan data dan usulan upaya mengatasi ketimpangan sosial di masyarakat
• Merumuskan usulan atau rekomendasi kelompok atau bersama wacana upaya mengatasi ketimpangan akhir perubahan sosial di tengah globalisasi

3.4. Memiliki pengetahuan bagaimana melaksanakan seni administrasi pemberdayaan komunitas dengan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal di tengah-tengah efek globalisasi
4.4.Merancang, melaksanakan dan melaporkan agresi pemberdayaan komunitas dengan mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal ditengah-tengah efek globalisasi


3.5.Mengevaluasi agresi pemberdayaan komunitas sebagai bentuk kemandirian dalam menyikapi ketimpangan sosial.
4.5.Mengelaborasikan aneka macam alternatif pemberdayaan sosial yang diharapkan untuk mengatasi ketimpangan sosial di masyarakat

Kearifan lokal dan pemberdayaan komunitas

• Pemberdayaan komunitas berbasis kepemilikan lokal dan partisipasi warga masyarakat
• Partisipasi masyarakat lokal, atau warga masyarakat, dalam pemberdayaan masyarakat, atau perbaikan kehidupan sosial atau publik
• Aktivitas pemberdayaan komunitas
• Evaluasi dan nasihat pembelajaran dari kegiatan pemberdayaan komunitas

• Mengamati praktik pemberdayaan komunitas untuk mengatasi ketimpangan dari sudut pandang kearifan lokal, kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan untuk menumbuhkan kepekaan dan tanggungjawab terhadap pelestarian alam sebagai anugerah Tuhan.
• Merumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasar hasil pengamatan wacana praktik pemberdayaan komunitas, atau menumbuhkan sikap kritis, dalam kaitan dengan masalah-masalah yang timbul, kelemahan dan kelebihannya dalam mengatasi ketimpangan sosial berdasar kearifan lokal, kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
• Merancang agresi pemberdayaan komunitas dengan memakai aneka macam seni administrasi dan pendekatan pemberdayaan masyarakat berdasar kearifan lokal, kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
• Melakukan praktik agresi pemberdayaan komunitas yang berorientasi pada kearifan lokal, kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan dengan memakai aneka macam metode (partisipasi, pembimbingan, dan sejenisnya) pada masyarakat di lingkungan setempat
• Mengemukakan inisiatif, usulan, alternatif pemecahan problem dan rekomendasi terkait dengan hasil analisis dan penilaian wacana praktik agresi pemberdayaan komunitas berdasar kearifn lokal, kelestarian lingkungan dan pembangunan sosial untuk memperkuat tanggung jawab sosial
• Merumuskan hasil diskusi kelas dan nasihat pembelajaran yang bisa dipetik dari praktik agresi pemberdayaan komunitas dengan mengemukakan inisiatif, usulan, alternatif dan rekomendasi untuk perbaikan agresi pemberdayaan komunitas ke depan berorientasi pada penguatan kearifan lokal, kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Demikian goresan pena tentang:

Download Silabus Mata Pelajaran (Mapel) Sosiologi SMA/MA Kurikulum 2013 Revisi 2016

Semoga bermanfaat dan salam sukses selalu!

0 Response to "Download Silabus Sosiologi Sma/Ma Kurikukulum 2013 Revisi 2016"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel